Minggu, 29 Mei 2016

Mengenal Jenis Kualitas Film


Di bawah ini beberapa istilah kualitas film yang sering muncul ketika kita akan mendownload sebuah film:
  • BRRip / Bluray : BRRip merupakan istilah lain dari Bluray karena hasil rip dari bluray sehingga kualitasnya pun sama. BRRip merupakan kualitas tertinggi jenis film saat ini. Resolusi yang tersedia untuk BRRip biasanya 720p dan 1080p. Semakin tinggi resolusinya maka semakin jernih kualitas gambarnya. Namun makin tinggi resolusi maka diperlukan spesifikasi komputer yang tinggi juga, jika tidak maka akan terjadi lag atau patah-patah saat film dimainkan.
  • WEB-DL : Kualitas ini sedikit di bawah kualitas BRRip atau bisa dikatakan setara. Biasanya kualitas WEB-DL akan muncul sebelum kualitas BRRip muncul. Source Web-DL biasanya diunduh dari iTunes Store atau situs lainnya yang menyediakan siaran TV melalui jaringan internet. Resolusi yang ada biasanya 720p dan 1080p.
  • HDRip dan HDTV : Kedua kualitas ini sudah sangat layak untuk ditonton. Kualitas gambar dan suaranya pun cukup bagus dan ukurannya tidak terlalu besar. HDTV adalah hasil rip dari TV dengan kualitas HD jadi gambar dan audio sangat bagus. HDTV biasanya untuk serial TV yang tayang seminggu sekali.
  • PPV : adalah singkatan Pay Per View. Kualitas ini cukup bagus, dihasilkan dari sumber sebuah screen televisi yang  dihubungkan atau direkamkan ke PVR atau DVD recorder.
  • DVDRip : Kualitas ini merupakan salinan dari DVD Original. Kualitas gambar dan suaranya juga cukup bagus meski jauh dari kualitas BRRip namun ukurannya jauh lebih kecil.
  • DVDScr : Kualitas ini masuk dalam kategori kualitas merah atau kurang bagus.
  • R6 dan atau WEBRip : Sama halnya DVDScr kualitas inipun masih masuk dalam kualitas merah. Untuk kualitas ini biasanya terdapat hardsub (subtitle) korea, china, russia, atau bahasa lain yang cukup mengganggu ketika ditonton, kualitas video cukup bagus tetapi terkadang kualitas audionya kurang bagus.
  • TS (Telesync) : kualitas ini sedikit lebih bagus dari CAM. Selain itu sering terdapat kualitas HDTS yang merupakan peningkatan kualitas TS dengan resolusi yang lebih baik / tinggi.
  • CAM : Kualitas ini bisa dikatakan kualitas terburuk dari film sharing. Kualitas ini merupakan hasil dari rekaman camera digital yang diambil langsung di bioskop sehingga kadang penonton yang lalu lalang ikut terekam. Rekaman kualitas ini biasanya menggunakan mini tripod sehingga sering terdapat sedikit goncangan.  Selain CAM terdapat pula kualitas HDCAM yang merupakan kualitas CAM dengan resolusi yang lebih baik / tinggi.
Biasanya urutan keluarnya kualitas dari sebuah film sharing adalah sebagai berikut, meskipun tidak selalu : [CAM / HDCAM] -> [TS / HDTS] -> [R6 / WEBRip / DVDScr] -> [DVDRip / HDRip / HDTV / PPV] -> [WEB-DL] -> [BRRip / Bluray]

# Jika terdapat kesalahan dalam penjelasan di atas, silahkan untuk dikoreksi untuk pengetahuan bersama.

Sumber: http://icinema3satu.net/panduan/mengenal-jenis-kualitas-film/

Jumat, 20 Mei 2016

Starting Eleven AC Milan-Selecao



Dalam sejarah AC Milan, banyak kita melihat para pemain hebat asal Eropa seperti Paolo Maldini, Franco Baresi, Marco Van Basten dan lain-lain, tapi yang tak boleh kita lupakan adalah  banyak juga pemain hebat yang berasal dari Benua Amerika yang pernah berkostum Milan, dan salah satu Negara yang pemain-nya banyak berkostum Milan adalah Brasil, ya Milan bagaikan rumah bagi pemain-pemain dari negeri samba, mulai dari Cafu, Dida, Kaka, hingga yang terbaru Luiz Adriano, berikut adalah starting 11 AC Milan-Selecao dengan formasi 4-3-1-2 versi Rizky Zone, cekidot!

1. Nelson Dida (Penjaga Gawang)


Pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang ini sudah tampil sebanyak 91 kali bersama Timnas Brasil dari kurun waktu 1995-2006, karir Dida bersama Timnas Brasil bisa dibilang sangat baik, ia meraih 1 Gelar Copa Amerika (1999), 1 Piala Dunia (2002) dan 2 Piala Konfederasi (1997 & 2005), tak jauh beda dengan Timnas, dalam level Klub pun Dida meraih banyak kesuksesan bersama Milan, tercatat selama 10 tahun bersama Milan, Dida menjuarai 1 Gelar Serie-A (2003-04), 1 Coppa Italia (2002-03), 1 Piala Super Italia (2004), 2 Liga Champions (2002-03, 2006-07), 2 Piala Super Eropa (2003, 2007) dan 1 Piala Dunia Antar Klub (2007), Dida memiliki relflek yang sangat baik, namun salah satu kelemahan-nya adalah terkadang ia juga sering melakukan blunder yang tidak perlu.

2. Thiago Silva (Bek Tengah)


Thiago Silva didatangkan Milan pada bulan Desember tahun 2008 dengan biaya sekitar 10 Juta Euro dari Fluminense, ia diberi kontrak 4 tahun dengan gaji 2,5 Juta, Silva menjalani debutnya bersama Milan dalam sebuah pertandingan persahabatan melawan Hannover 96 pada Januari 2009, tetapi debut resminya terjadi dalam kompetisi Serie-A melawan Siena pada 22 Agustus 2009, pada Juni 2012 Silva dilepas Milan menuju PSG dengan mahar 46 Juta Euro, selama 3 tahun membela Milan, Silva telah mencatatkan 119 penampilan dan menyumbangkan 6 gol di semua kompetisi, ia juga menjuarai 1 Gelar Serie-A (2010-11) dan 1 Piala Super Italia (2011), di level Timnas, Silva telah membela Brasil dalam kurun waktu 9 tahun (2008-2016), dengan mencatatkan 59 penampilan dan 4 gol di seluruh kompetisi dengan menjuarai Piala Konfederasi pada tahun 2013.

3. Roque Jr. (Bek Tengah)


Karir Roque Jr. bersama Milan tak bisa dibilang baik, pasalnya dalam kurun waktu 4 musim membela Milan, ia hanya bermain dalam 44 pertandingan, walaupun ia meraih 1 Gelar Liga Champions (2002-03) dan 1 Coppa Italia (2002-03) tapi rasanya tak cukup untuk mengimbangi dengan minimnya jam bermain yang ia dapatkan, berbeda dengan perjalanannya bersama Milan, di level Timnas, Roque Jr. mencatatkan 50 penampilan (2 tidak resmi) selama 9 tahun dan mencetak 2 gol, Roque sendiri menjadi salah satu palang pintu Brasil ketika menjuarai Piala Dunia 2002, selain itu ia juga pernah menjuarai Piala Konfederasi pada tahun 2005, karena berkutat dengan cedera, Roque Jr. memutuskan pensiun dari Timnas Brasil pada 4 September 2007.

4. Marcos Cafu (Bek Kanan)


Marcos Evangelista de Morais, atau yang lebih dikenal dengan nama Cafu, adalah mantan kapten Timnas Brasil dan mantan bek kanan andalan Milan, Cafu adalah teladan baik sebagai seorang kapten, bersama Milan selama 5 musim, Cafu cukup sukses, ia mencatatkan 161 penampilan dan mencetak 4 gol dengan menjuarai 2 Piala Super Eropa (2003, 2007), 1 Gelar Serie-A (2003-04), 1 Piala Super Italia (2004), 1 Liga Champions (2006-07) dan 1 Piala Dunia Antar Klub (2007), tak berbeda jauh, bersama Timnas Brasil, Cafu  juga meraih banyak kesuksesan diantaranya 2 Gelar Piala Dunia (1994, 2002), 2 Gelar Copa Amerika (1997, 1999) dan 1 Piala Konfederasi (1997), ia juga mencatatkan 142 penampilan dan mencetak 5 gol dalam kurun waktu 17 tahun.

5. Serginho (Bek Kiri)


Pemain bernama asli Sergio Claudio dos Santos ini dikenal sebagai pemain yang cepat, ia dapat dimainkan di posisi gelandang kiri maupun bek kiri, ia juga dikenal memiliki umpan silang yang baik, selama kira-kira 10 tahun karirnya bersama Milan ia meraih banyak kesuksesan diantaranya 1 Gelar Serie-A (2003-04), 1 Piala Copa Italia (2002-03), 1 Piala Super Italia (2004), 2 Gelar Liga Champions (2002-03, 2006-07), 2 Piala Super Eropa (2003, 2007) dan 1 Piala Dunia Antar Klub (2007) dengan mencatatkan 185 penampilan dan mencetak 18 gol, sayangnya penampilan gemilang tersebut, tak bisa membawa Serginho mendapatkan tempat di tim inti Timnas Brasil, ia kalah bersaing dengan Roberto Carlos, yang juga berposisi sama, tercatat selama 4 tahun ia hanya bermain dalam 10 laga saja dan Cuma menjuarai 1 Gelar Copa Amerika (1999).

6. Alex (Gelandang Bertahan)


Pada Juni 2014, Alex bergabung dengan Milan setelah kontraknya bersama PSG berakhir, ia menjalani debut pertamanya pada 31 Agustus 2014, saat Milan sukses mengalahkan Lazio dengan skor 3-1, ia mencetak gol pertamanya untuk Milan pada 17 Mei 2015 saat Milan dikalahkan Sassuolo 3-2, Alex dikenal dengan gol-gol dari kepalanya, tercatat ia sudah mencetak 4 gol dari 43 pertandingan bersama Milan, dengan umur yang memasuki 34 tahun, Alex mengatakan bahwa musim 2015-16, adalah musim terakhirnya bersama Milan dan ia ingin pulang ke negara asalnya, untuk level Timnas, Alex pernah memperkuat Brasil U-23 pada tahun 2003-2004 dan level senior selama 7 tahun (2002-2008), ia pernah membantu Brasil menjuarai Copa Amerika pada tahun 2007.

7. Ricardo Kaka’ (Gelandang Kanan)


Jika berbicara mengenai Milan, rasanya kurang pas apabila tidak membicarakan pemain yang satu ini, ya Kaka adalah idola para Milanisti, Kaka juga dikenal memiliki kecintaan yang sangat besar pada Milan, Kaka membela Milan sekitar 7 tahun, sebelum dilepas ke Real Madrid dengan mahar 68,5 Juta Euro, dan kembali lagi pada tahun 2013-2014, ia mencatatkan 308 pertandingan dengan mencetak 105 gol selama berseragam merah-hitam, ia juga meraih banyak gelar bergengsi antara lain, 1 Gelar Serie-A (2003-04), 1 Piala Super Italia (2004), 1 Liga Champions (2006-07), 1 Piala Super Eropa (2007) dan 1 Piala Dunia Antar Klub (2007), selain itu Kaka juga pernah mendapatkan penghargaan individual sebagai pemain terbaik dunia pada tahun 2007 sebagai pemain Milan, untuk level Timnas, Kaka telah memperkuat Brasil selama 14 tahun dengan mencatatkan 91 penampilan dan mencetak 29 gol dengan meraih 1 Gelar Piala Dunia (2002) dan 2 Piala Konfederasi (2005, 2009), saat ini Kaka memperkuat tim Liga Amerika Serikat (MLS) Orlando City.

8. Leonardo Araujo (Gelandang Kiri)


Pemain yang aktif dari awal 80-an hingga awal 2000-an ini memulai karirnya sebagai pemain Klub asal Brasil (Flamengo) pada umur 17 tahun, perjalanan karirnya dengan Milan dimulai dari tahun 1997 hingga 2001, ia mencatatkan 96 penampilan dan mencetak 22 gol bersama Milan, Leonardo berposisi sebagai gelandang serang, namun ia juga bisa berposisi sebagai bek kiri, selama membela Milan, ia pernah menjuarai 1 Gelar Serie-A (1998-99) dan 1 Gelar Coppa Italia (2002-03), untuk Timnas Brasil, ia tampil sebanyak 55 kali dan mencetak 7 gol dalam kurun waktu 12 tahun dengan menjuarai 1 Piala Dunia (1994), 1 Piala Konfederasi (1997) dan 1 Copa Amerika (1997), Leonardo juga pernah menangani Milan sebagai menejer pada musim 2009-10.

9. Ronaldinho Gaucho (Gelandang Serang)


Sang pesulap di atas rumput hijau menurut saya, Ronaldinho menunjukan sisi menarik dari sepakbola yang merupakan sebuah olahraga menjadi sebuah seni yang indah, meski kesuksesannya adalah ketika memperkuat Barcelona, namun Ronaldinho memiliki tempat tersendiri di hati para Milanisti atau juga penikmat sepakbola lainnya, setelah 6 tahun yang indah bersama Barca, Ronaldinho memulai petualangan barunya bersama Milan, selama 4 tahun membela tim kota mode, Dinho memainkan 95 pertandingan dan mencatatkan 26 gol, satu-satunya gelar yang ia dapatkan ketika bermain untuk Milan adalah Gelar Serie-A (2010-11), bersama Timnas Brasil, Dinho memaninkan 97 pertandingan dengan membuat 33 gol, ia juga berhasil memberikan 1 Copa Amerika (1999), 1 Piala Dunia (2002), dan 1 Piala Konfederasi (2005) pada tim Selecao.

10. Alexandre Pato (Penyerang)


Si bebek adalah julukan yang disematkan pada penyerang asal Brasil ini, tahun 2007 merupakan tahun yang indah bagi Pato, karena tak lain dan tak bukan adalah datangnya pinangan dari Klub raksasa Serie-A AC Milan, selama 6 musim membela Milan, karir Pato bisa dibilang mengalami pasang surut, sempat kesulitan di musim pertamanya, 3 musim berikutnya Pato mulai menunjukan kelasnya sebagai seorang penyerang berbakat, namun cedera yang silih berganti, membuat Pato harus sering naik turun meja operasi ketimbang berlaga di atas lapangan, hingga awal 2013 Pato dilepas Milan untuk hijrah ke Brasil dan memperkuat Klub lokal Corinthians, selama membela Milan, Pato memainkan sebanyak 150 pertandingan dan mencetak 63 gol, ia juga menjuarai 1 Gelar Serie-A (2010-11) dan 1 Piala Super Italia (2011), berkostum Timnas Brasil, Pato hanya berlaga dalam 25 pertandingan saja dan mencetak 10 gol, ia hanya mampu membawa Brasil menjuarai 1 Piala Konfederasi (2009).

11. Ronaldo Luiz Nazario (Penyerang)


Nomor 9 sejati layak disematkan pada pemain ini, nalurinya sebagai seorang penyerang tak perlu dipertanyakan lagi, ia mungkin tak akan membela Milan, jika pada transfer saat itu tim tetangga Milan (Inter) setuju untuk menerima Ronaldo kembali, hal itu diakui sendiri oleh Ronaldo yang akhirnya berbaju merah-hitam, selama berbaju Milan, Ronaldo hanya bermain pada 20 laga dan mencetak 9 gol saja, hal yang berbeda jika dibandingkan dengan penampilannya bersama Timnas Brasil, dimana ia tampil sebanyak 98 pertandingan dan mencetak 62 gol yang juga membawanya menjuarai 2 Gelar Piala Dunia (1994, 2002), 2 Copa Amerika (1997, 1999) dan 1 Piala Konfederasi (1997).

Kamis, 19 Mei 2016

Dongeng-Dongeng Terbesar Dalam Sejarah Sepakbola



Tak selamanya tim sepakbola yang diunggulkan akan menjadi juara pada akhirnya, sepakbola bukanlah hitung-hitungan di atas kertas, apapun bisa terjadi dalam kurun waktu 90 menit di atas rumput hijau, berikut adalah dongeng-dongeng terbesar dalam sejarah sepakbola, cekidot!

1. Leicester City (Juara Liga Inggris 2015-2016)


 Pada awal musim liga premier inggris 2015-2016, nama Leicester mungkin menjadi salah satu yang di favoritkan bakal terdegradasi ke divisi championship, bagaimana tidak, pada musim awal mereka kembali ke kasta tertinggi inggris yaitu pada musim 2014-2015, mereka hampir terjerumus ke divisi championship, walau akhirnya dengan susah payah mereka mampu finish di posisi 14 pada akhir musim, pada awal musim 2015-2016, Claudio Ranieri ditunjuk menjadi arsitek The Foxes, dengan asumsi sang pemilik ingin melihat Leicester yang lebih baik, namun mereka juga telah siap jika harus terdegradasi, namun tercatat hingga pekan ke-12 mereka menempati posisi ke-3 dibawah Manchester City dan Arsenal, dan pada pekan ke-13 setelah memenangkan pertandingan atas Newcastle United dengan skor 3-0, mereka berhasil merebut puncak klasemen dari tangan Manchester City dan tak tergeser dari puncak hingga pekan terakhir, mereka pun tampil sebagai juara dengan hanya menelan 3 kekalahan dan memenangkan 23 pertandingan lainnya, fakta menarik lainnya adalah bahwa satu orang pemain termahal Manchester City (Kevin de Bruyne) lebih mahal dari seluruh skuad Leicester City saat ini, harga Kevin de Bruyne mencapai 77 juta euro, yang membuktikan uang tak selamanya menjadi jaminan dalam membawa gelar juara.

2. Yunani (Juara Piala Eropa 2004) 


Sebelum Piala Eropa 2004 dimulai, tak seorangpun yang memprediksi Yunani bakal menjadi juara, namun fakta berbicara lain, usai kemenangan meyakinkan di laga pembuka saat melawan tim tuan rumah Portugal, langkah Yunani tak terbendung lagi, tim kuat lain, Prancis dan Republik Ceko dibabat hingga Yunani lolos melaju ke final dan kembali berjumpa Portugal,
Angelos Charisteas menjadi pahlawan bagi tim Seribu Dewa di laga final berkat gol tunggalnya ke gawang Portugal sekaligus membawa tim Yunani meraih gelar internasional pertamanya, Juara Piala Eropa 2004, selain Charisteas, pemain lain yang berkontribusi besar bagi Yunani adalah midfielder Theodoros Zagorakis yang akhirnya dinobatkan sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen tersebut.

3. HSC Montpellier (Juara Liga Prancis 2011-2012)


Media-media dunia menjuluki kesuksesan Montpellier menjuara Ligue 1 Prancis 2011-2012 sebagai sebuah dongeng dalam mimpi, tim antah berantah di Prancis seperti Montpellier justru bisa menjuarai kompetisi tertinggi di Prancis dengan menyingkirkan tim-tim langganan juara seperti Lyon, PSG, Marseille, Lille atau Bordeaux.
Sebelum turnamen berlangsung, Montpellier termasuk salah satu tim yang di ‘favoritkan’ bakal terdegradasi, namun mereka mampu memutar balikkan prediksi buruk tersebut, hanya dengan bermodal tiga pemain kunci, yaitu penyerang Olivier Giroud, winger Youness Belhanda serta kapten Mapou Yanga-Mbiwa, Montpellier tampil sangat konsisten dan bahkan bisa menjuarai kompetisi Ligue 1 serta memastikan lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya.

4. Denmark (Juara Piala Eropa 1992)


Pada awalnya, Denmark sebenarnya gagal lolos ke putaran final Piala Eropa 1992, namun Denmark berhak mengikuti Piala Eropa 1992 dengan berstatus sebagai tim pengganti Yugoslavia yang dilarang ikut berpatisipasi karena adanya perang saudara.
Denmark hanya memiliki waktu dua minggu saja untuk mempersiapkan tim nasional mereka, namun di akhir kompetisi Denmark justru berhasil menjadi juara setelah mengalahkan tim kuat Jerman dengan skor 2-0, sontak tim Dynamite ini mengejutkan seluruh dunia karena Denmark yang gagal di babak kualifikasi justru berhasil menjadi juara di kompetisi yang sesungguhnya dengan persiapan yang super minim.

5. Kaiserslautern (Juara Liga Jerman 1997-1998)


Kaiserslautern datang sebagai tim promosi di musim 1997-1998, di partai pembuka, mereka harus meladeni juara bertahan Bayern Munchen di kandang Bayern (dulu olympia stadion), Kaiserslautern di pekan keempat sudah memuncaki klasemen Bundesliga 1,
Bintang Kaiserslautern saat itu diantaranya, Olaf Marschall yang jadi runner up-top skorer musim itu dibawah Ulf Kirsten, ada juga Ciriazo Sforza yang baru dibeli dari Inter Milan, ada juga pemain veteran Andreas Brehme, Otto Rehaggel menjadi pelatih yang juga sebagai pelatih Yunani di EURO 2004, Kaiserslautern juga menjadi klub awal calon bintang Jerman, Michael Ballack dan Miroslav Klose.

Rabu, 18 Mei 2016

7 Film Superhero Yang Gagal Versi Rizky Zone



1. Catwoman (2004)


IMDb: 3,3/10
Rotten Tomatoes: 9%

Kesan seksi yang melekat pada Catwoman dihancurkan dalam film ini, alih-alih tampil seksi, Halle Berry dengan kostumnya malah terlihat murahan, bahkan Halle Berry sendiri mendapatkan penghargaan sebagai aktris terburuk di ajang Razzie Award pada 2005.

2. Batman & Robin (1997)


IMDb: 3,7/10
Rotten Tomatoes: 11%

Uang US$ 140 juta dihabiskan untuk membuat film ini, namun hasilnya bukan pujian, melainkan cercaan, film ini disalahkan karena nyaris mematikan daya tarik waralaba film Batman yang melegenda, salah satu yang membuat film ini buruk di mata penikmat film adalah kostum yang yang dikenakan Clooney dan kostum pemeran lain yang begitu ketat, selain itu skripnya juga dianggap berlebihan dengan penambahan Batgirl yang terkesan dipaksakan, nyatanya nama besar Clooney dan Arnold Schwarzenegger tak cukup untuk membuat film ini menjadi baik.

3. Fantastic Four (2015)


IMDb: 4,3/10
Rotten Tomatoes: 9%

Anda akan merasa bosan selama 50 menit awal film, dan nyatanya 50 menit selanjutnya tak banyak membantu, cerita yang terkesan sempit serta pemilihan aktor-aktornya yang tidak sesuai, membuat film ini tak lebih baik dibanding film Fantastic Four terdahulu.

4. Hulk (2003)


IMDb: 5,7/10
Rotten Tomatoes: 61%

Hulk-nya terlihat aneh, efek CGI yang terlalu kelihatan animasi, sangat jauh apabila dibandingkan dengan Hulk yang muncul dalam film Avengers, serta cerita yang tak menarik akan membuat anda merasa bosan.

5. Elektra (2005)


IMDb: 4,8/10
Rotten Tomatoes: 10%

Secara pendapatan film ini sangat jelek sekali, dimana dia hanya memperoleh pendapatan di amerika “hanya” USD 24 juta saja, pada saat itu film ini termasuk film terlaris terendah dalam 10 tahun terakhir yang menampilkan karakter Marvel, pihak produser pun menyadari bahwa film ini tidak layak untuk dibuat sekuelnya.

6. Daredevil (2003)


IMDb: 5,3/10
Rotten Tomatoes: 44%

Jangan pernah samakan film ini dengan versi TV Seriesnya yg jauh lebih baik, kritik tajam banyak diarahkan pada film ini, salah satu alasan betapa buruknya film ini adalah Ben Afflek yg gagal dalam memerankan tokoh Daredevil, sehingga dianugerahi penghargaan sebagai Aktor terburuk pada Razzie Award 2004.

7. Green Lantern (2011)


IMDb: 5,6/10
Rotten Tomatoes: 26%

Bisa dibilang proyek DC yang digarap tak seniat penggarapan film Batman, latar tempat yang terlalu sempit dan Ryan Reynolds yang tampil cukup mengecewakan, Ryan tampil jauh lebih baik ketika menjadi Deadpool dibanding menjadi pria berbaju hijau ini.