Rabu, 10 Juni 2015

Makalah Pengantar Ilmu Politik (Ruang Lingkup Teori Sistem Politik)



TUGAS MAKALAH


NAMA:
MUHAMMAD RIZKY
JUDUL:
RUANG LINGKUP TEORI SISTEM POLITIK
MATA KULIAH:
PENGANTAR ILMU POLITIK
JURUSAN:
ILMU PEMERINTAHAN





RUANG LINGKUP TEORI SISTEM POLITIK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktek-praktek politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika secara langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

B.     Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membahas materi mengenai pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik yang terbagi beberapa bahasan yaitu pengertian sosialisasi politik, metode sosialisasi politik, proses sosialisasi politik dan pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik.

C.    Maksud Penulisan Makalah

Untuk membahas apa yang dimaksud dengan sistem dan apa yang dimaksud dengan politik juga untuk meninjau sejauh apa ruang lingkup dari teori sistem politik

BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

Sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan  Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu negara. Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik. Dalam pendekatan sistem politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya.

Adapun Pengertian Sistem Politik secara Etimologis, Sistem Politik berasal dari dua kata yaitu Sistem dan Politik. Sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode dan Voich,1974). Sistem juga didefinisikan sebagai hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur (Awad,1979). beberapa definisi juga mengintepretasikan sistem dalam beberapa definisi antara lain :
a.       Menurut Campbell (1979), sistem adalah himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
b.      Menurut Awad (1979), lebih menekankan memasukan unsur rencana kedalamnya, sehingga sistem adalah sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
c.       Menurut Konontz dan O’Donnell (1976), sistem adalah bukan wujud fisik,melainkan Ilmu Pengetahuan juga disebut sebagai suatu sistem yang terdiri dari fakta, prinsip, doktrin dan sejenisnya.
Secara garis besar sistem dapat diartikan sebagai sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Sementara definisi Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Menurut David Eston, sistem politik mempunyai definisi keseluruhan dari interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama masyarakat. Sintem politik hanya merupakan  salah satu dari bermacam- macam sistem yang terjadi dalam masyarakat, seperti halnya system ekonomi, system komunikasi, system teknik dan lain-lain. Setiap system masing-masing mempunyai fungsi dan peran tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup dan mencapai tujuan dari mayarakat tersebut. Sistem politik menyelenggarakan fungsi-fungsi tertentu dan membuat keputusan-keputusan kebijaksanaan yang mengikat mengenai alokasi dari nilai-nilai (baik bersifat materiil maupun non materiil). Sistem politik berfungsi merumuskan tujuan-tujuan masyarakat dan selanjutnya dilaksanakan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan untuk kepentingan masyarakat.























BAB III
   PEMBAHASAN

Ruang lingkup dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai luasnya subjek yang tercakup. Jadi dapat dikatakan ruang lingkup teori sistem politik adalan luasnya cakupan subjek yang dipelajari atau bisa dibilang tempat berlangsungnya teori sistem politik diterapkan.

v  TEORI POLITIK.

Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa phenomena.Dalam menyusun generalisasi itu teori selalu memakai konsep-konsep.Konsep itu lahir dalam pikiran manusia dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat di pakai sebagai batu loncatan.
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari phenomena yang bersifat politik. Dengan kata lain teori politik adalah bahasan dan renungan atas :
a.       Tujuan dari kegiatan politiSI
b.      Cara-cara mencapai tujuan
c.       Kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik yang tertentu
d.      Kewajiban-kewajiban yang di akibatkan oleh tujuan politik itu.

Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory di bedakan dua macam teori politik, sekalipun perbedaan antara kedua kelompok teori tidak bersifat mutlak.
a.       Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik. Karena ada nya unsur norma-norma dan nilai maka teori-teori ini boleh di namakan valuetional (mengandung nilai). Yang termasuk golongan ini antara lain filsafat politik, teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.
b.      Teori-teori yang menggambarkan dan membahas phenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan nonvaluational. Ia biasanya bersifat deskriptif (menggambarkan) dan komparatif (membandingkan) dan berusaha untuk membahas fakta-fakta kehidupan politik sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan di simpulkan dalam generalisasi-generalisasi.
Teori-teori politik yang dasarnya dari moril fungsinya terutama menentukan pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan norma-norma moral. Dan teori-teori politik moril ini memperjuangkan satu tujuan yang bersifat moral dan atas dasar itu menetapkan suatu kode ethik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi utama dari teori-teori politik ini ialah mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-nilai itu.
Teori-teori yang mempunyai sifat moril dapat di bagi lagi dalam tiga  golongan, yaitu :
1)      Filsafat politik, mencari penjelasan yang berdasarkan rasio. Ia melihat jelas adanya hubungan antara sifat dan hakekat dari kehidupan politik di dunia. Misalnya menurut filsuf yunani plato, keadilan merupakan hakekat dari alam semesta dan sekaligus merupakan pedoman untuk mencapai “kehidupan yang baik”. Filsafat politik erat hubungannya dengan etika dan filsafat sosial.
2)      Teori politik sistematis, teori ini tidak menjelaskan asal usul atau cara lahirnya norma-norma, tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan norma-norma itu dalam suatu program politik.
3)      Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan suatu yang di miliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang di hadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya. Nilai-nilai dan ide-ide ini merupakan suatu sistim yang berpautan. Dasar dari ideologi politik adalah keyakinan akan adanya suatu pola tata tertib sosial politik yang ideal. Ideologi berbeda dengan filsafat yang sifatnya merenung-merenung yang mempunyai tujuan untuk menggerakkan kegiatan dan aksi. Ideologi yang berkembang luas mau tidak mau di pengaruhi oleh kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman dalam masyarakat dimana dia berada, dan sering mengadakan kompromi dan perubahan-perubahan yang cukup luas.

Macam – macam teori politik :
I.     Teori Politik Zaman Klasik

1.      Teori Politik Socrates :
Kepribadian politik Socrates sebagai seorang teoritikus politik yang berupaya jujur, adil dan rasional dalam hidup kemasyarakatan dan mengembangkan teori politik yang radikal.Namun keinginan dan kecenderungan politik Socrates sebagai teoritikus politik membawa kematian melalui hukuman mati oleh Mahkamah Rakyat (MR).Metode Socrates yang berbentuk Maieutik dan mengembangkan metode induksi dan definisi. Pada sisi lain Socrates memaparkan etika yang berintikan budi yakni orang tahu tentang kehidupan dan pengetahuan yang luas. Dan pada akhirnya akan menumbuhkan rasa rasionalisme sebagai wujud teori politik Socrates.

2.      Teori Politik Plato :
Filsafat politik yang diuraikan oleh Plato sebagai cerminan teori politik. Dalam teori ini yakni filsafat politik tentang keberadaan manusia di dunia terdiri dari tiga bagian :
a.    Pikiran atau akal
b.    Semangat atau keberanian
c.    Nafsu/keinginan berkuasa.

3.      Teori Politik Aristoteles :
Aristoteles membagi teori politik yang bernuansa filsafat politik meliputi :
a.    Filsafat teoritis
b.    Filsafat praktek
c.    Filsafat produktif

  II.     Teori Politik Zaman Pertengahan

1.      Teori Politik Agustinus :
Keadilan politik dalam negara Tuhan karena ditopang oleh adanya nilai kepercayaan dan keyakinan tentang :
a.    Tuhan menjadi raja sebagai dasar Negara
b.    Sebagai dasar Negara
c.    Kehidupan warga negara penuh kepatuhan
d.   Penguasa bertindak selaku pelayan dan pengabdi masyarakat.

2.      Teori Politik Machiavelli
Penguasa yang ideal yaitu penguasa militer, hal ini digambarkan dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar nasionalisme.



III.     Teori Politik Zaman Modern

1.      Teori Politik Thomas Hobbes
Thomas Hobbes mengemukakan teori politik State Of Nature yakni manusia yang satu menjadi lawan terhadap manusia lain. Keadaan ini disebut In Abstracto yang memiliki sifat :
a.    Bersaing
b.     membela diri
c.    ingin dihormati.

Pada sisi teori politik dan teori kekuasaan ini digambarkan oleh Hobbes dalam buku Leviathan. Namun dari segi praktis teori politik Hobbes dominan berlaku pada saat sekarang.
       Teori Politik John Locke

Kegiatan semasa hidup John Locke yang mampu berkarya dalam bidang teori politik ditulis dalam buku TWO TREATISES ON CIVIL GOVERNMENT.State of Nature juga merupakan karya teori politik yang beda dengan Hobbes. John Locke menekankan bahwa dalam state of nature terjadi :
a.    Kebingungan
b.    Ketidak pastian
c.    Ketidak aturan
d.    Tidak ada kematian
Dalam hal bentuk negara Locke membagi atas :
a.    Monarkhi
b.    Aristokrasi
c.    Demokrasi

2.      Teori Politik Montesquieu
Teori politik Trias Politika yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan landasan pembangunan teori demokrasi dalam sistem politik yang menekankan adanya CHECK AND BALANCE terhadap mekanisme pembangian kekuasaan :
a.    Kekuasan Legislatif adalah sebagai pembuat undang- undang
b.    Kekuasaan Eksekutif adalah sebagai pelaksana undang- undang
c.    Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan untuk menghakimi
v  MACAM-MACAM SISTEM POLITIK
1.      Sistem Politik Otokrasitradisional
Ciri - ciri:
a. Tidak persamaan & kebebasan politik
b. Ada stratifikasi ekonomi, nilai & moral
c. Pemimpin dijadikan sebagai lambang kebersamaan
d. Adanya permodalan (SARA)
e. Dipilih berdasarkan tradisi
f. Yg menjadi penguasa dibedakan antara kaya & miskin

2.      Sistem Politik Otoriter
Sistem yg didasarkan pada patron & khen (unsur kekerabatan) menyebabkan militer menjadi pengayom untuk hampir semua kegiatan politik.

3.      Sistem Politik Totaliter
Ciri-ciri:
a. Tidak ada persamaan & kebebasan politik
b. Sama rasa dalam kegiatan ekonomi
c. Bersifat sakral ideologi dianggap sebagai agama politik
d. Kewenangannya bersifat totaliter, doktriner/paksaan
e. Partai sebagai pengendali politik & ekonomi rakyat

4.      Sistem Politik Diktator
Dalam menjalankan kekuasaannya seorang pemimpin berkuasa tanpa batas dengan ruang lingkup yang dimonopoli.

5.      Sistem Politik Demokrasi
Ciri-ciri:
a. Adanya persamaan & kebebasan politik
b. Tidak ada stratifikasi ekonomi
c. Bersatu dalam perbedaan
d. Kekuasaan relatif merata
e. Hukum & UU (Undang-undang) yg memberi kewenangannya
f. Fleksibel mengambil bagian secara aktif dalam politik & ekonomi
v  SISTEM POLITIK DI BERBAGAI NEGARA

a.      Sistem Politik Di Negara Komunis :
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik pribadi, peniadaan hak-hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat.

b.      Sistem Politik Di Negara Liberal :
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok, pembatasan kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan agama, penegakan hukum, pertukaran gagasan yang bebas, sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas.

c.       Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia :
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia adalah :
1.    Ide kedaulatan rakyat
2.    Negara berdasarkan atas hukum
3.    Bentuk Republik
4.    Pemerintahan berdasarkan konstitusi
5.    Pemerintahan yang bertanggung jawab
6.    Sistem Perwakilan
7.    Sistem pemerintahan presidensiil


Pendekatan Teori Behavioral Sistem Politik David Easton (1953), seorang ilmuwan politik dari Harvard University, memperkenalkan pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam memahami politik. Sebagai pendukung setia aliran behavioralisme, Easton berusaha keras mengantarkan politik menjadi ilmu setara dengan ilmu alam dengan mengembalikannya ke dalam kaidah-kaidah saintifik seperti generalisasi, abstrak, validitas, dan sebagainya untuk mengukur tingkah laku politik seseorang. Hasrat kuat untuk memunculkan politik sebagai ilmu pengetahuan (science) ditempuh dengan cara menciptakan model abstrak, mempolakan rutinitas dan proses politik secara umum.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki batasan (misal, semua sistem politik mempunyai batas yang jelas) dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan (conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem politik.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem. Proses penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik yang rumit dan kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan politik yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain karena: (1) sifatnya yang mutlak; (2) teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa sistem dapat hancur atau konflik; (3) teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan kata lain, pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat otonomi, kedaulatan); (4) teori ini mengingkari keberadaan suatu negara; (5) teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem yang timbul akibat variasi. (lihat autoriarianianisme).

Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik Di tahun 1970-an, ilmuwanpolitik Gabriel Almond dan Bingham Powell memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem politik, tidak hanya melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi mereka masing-masing. Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu. Sedangkan sistem politik merupakan suatu kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara merupakan bagian dari pembuat kebijakan dalam sistem politik.
Pendekatan struktural-fungsional sistem disusun dari beberapa komponen kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut. Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti sosialisasi politik, rekrutmen, dan komunikasi. Oleh karena itu penggabungan antara pendekatan analisa sistem, pendekatan struktural-fungsional dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang dipelajari. Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang: partai politik; kelompok kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan dapat kita prediksi kecenderungannya di masa mendatang.

v  LEMBAGA-LEMBAGA POLITIK

Lembaga politik merupakan suatu badan yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang, berkaitan dengan kehidupan politik, menyangkut tujuan dari keseluruhan masyarakat agar tercapai suatu keteraturan dan tata tertib kehidupan dalam bermasyarakat.
Lembaga politik dalam suatu negara yang menganut pola pemisahan kekuasaan biasanya terdiri atas legislatif (parlemen, berwenang membuat undang-undang), eksekutif (pemerintah, melaksanakan undang-undang), dan yudikatif (peradilan, berfungsi mengawasi pelaksanaan undang-undang). Adapun peran serta fungsi dari lembaga politik adalah sebagai berikut :
1.    Menjaga keamanan dan integritas masyarakat.
2.    Melaksanakan kesejahteraan umum.
3.    Memelihara ketertiban di dalam wilayahnya, berkaitan dengan kehidupan politik.
4.    Sebagai saluran bagi anggota masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial ke atas (social climbing).
5.    Sebagai penentu kepemilikan salah satu kriteria dalam stratifikasi sosial, yakni kekuasaan.

Lembaga politik meliputi :
1.    Undang- Undang Dasar
2.    Pemerintah Nasional
3.    Pemerintah lokal dan daerah
4.    fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah
5.    Perbandingan lembaga-lembaga politik

v  PARTAI-PARTAI, GOLONGAN (GROUPS), DAN PENDAPAT UMUM

1.    Partai-partai politik
Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik – (biasanya) dengan cara konstitusionil – untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

2.    Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi

a.    Partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi, Contoh partisipasi warga Negara :
b.    Lingkungan  keluarga,  misal :musyawarah  keluarga; pemasang  atribut  kenegaraan  pada hari  besar nasional ;  membaca  dan  mengikuti  berbagai berita  di media masa dan elektronik.
c.    Lingkungan sekolah,  misal:  pemilihan  ketua  kelas,ketua osis,  dan  lain-lain;  pembuatan  AD - ART  dalam  setiap organisasi yang  diikuti;  forum-forum  diskusi  atau musyawarah; membuat  artikel  tentang  aspirasi  siswa.
d.   Lingkungan masyarakat,  misal : partisipasi  dalam  forum warga; pemilihan ketua RT, RW, dsb.
e.    Lingkungan bangsa dan bernegara,  misal :  menggunakan hak  pilih dalam  pemilu;  menjadi  anggota  aktif  dalam  partai politik;  ikut aksi  unjuk  rasa  dengan  damai,  dan  sebagainya.
f.     Pendapatan umum














BAB IV
REKOMENDASI

Saran kami sebagai penulis kepada pembaca agar membaca makalah kami adalah karena dengan membaca tentang ruang lingkup teori sistem politik, para pembaca dapat mengetahui apa itu teori sistem politik dan juga para pembaca dapat mengetahui ruang lingkup dari teori sistem politik tersebut, dan bisa menerapkannya dalam kehidupan berpolitik sehari-hari


























DAFTAR PUSTAKA

raconquista.files.wordpress.com/.../3-pip-ruang-lingkup-teori-politik
zaenaldisini.blogspot.com/.../sistem-politik-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar